He's Back!!
Udah sekitar satu setengah tahun ini aku berprofesi jadi tukang ojek, hehehe. Tiap pagi, maksimal jam setengah tujuh aku sudah harus chao dari rumah bulek di bilanganSedayu, mengantar tuyul-tuyul (baca : adik-adik sepupuku) pergi ke sekolah. Mereka semua empat bersaudara, cowok semua. Si sulung yang paling badung, udah cabut dari rumah. Akhirnya dia masuk pesantren juga, jadi dia nggak stay at home lagi. Si bungsu masih TK, di deket rumah. Jadi, penumpangku adalah si nomer dua dan tiga yang duduk di kelas 3 dan 5 SD. Kebetulan sekolah mereka terletak di Jl.Timoho, which is means gak jauh dari kampusku. Jadilah aku ngojek tiap hari, kadang kalau sorenya aku pulang cepat, I pick them up to go home too.
Rutiniitas itu membuatku biasa menikmati suasana lalu lintas di pagi hari yang cukup mmm… macet. Saat-saat tertentu, lalu lintas di Jogja memang tak ubahnya seperti Jakarta, apalagi ketika rush hours, jam masuk dan pulang sekolah atau kantor. Jujur, awalnya aku cukup ketakutan melihat “medan perang” setiap pagi. Semua kendaraan, khususnya motor terlihat seperti gerombolan semut di jembatan Serangan. Gak heran kalau awal-awal aku belajar motor I’ve got three times accident in a month! Amazing..hahaha. Tuyul-tuyul itu juga ikutan jadi korban, kasihan mereka. Si ndut nomer tiga yang nangisnya paling keras, padahal ternyata setelah dilihat, dia doank yang nggak lecet-lecet. However, maafin mbak ya dek.. :’(
Beside all of those scary things, aku jadi punya kebiasaan lain. Aku jadi lebih sering memperhatikan jalan and everything around it. Because of slow speed, semuanya jadi lebih jelas terlihat. Aku jadi tau nama-nama jalan yang sebelumnya selalu kucuekin :p, bahkan aku jadi senang memperhatikan kegiatan pasar-pasar di pinggir jalan. Tapi, dari semua hal-hal sepele yang kuperhatikan itu, ada satu hal yang menurutku paling menarik.Seorang kakek-kakek yang berjalan-jalan dengan sepatu roda setiap pagi.
It’s sounds weird, isn’t it? tapi beneran lho..memang ada seorang kakek-kakek yang sudah tua (ya iyalah!!onyoi!) yang selalu terlihat bersemangat ber-roller blade setiap pagi di jalan raya sepanjang ruteku ngojek. Pertama kali aku melihatnya di daerah Jl.K.H Ahmad Dahlan, persis di tanjakan lampu merah setelah jembatan Serangan, fikirku saat itu "ckckck, rajin banget nih kakek, diantara kepulan asap, masih semangat bersepatu roda". Kali kedua aku bertemu dengannya di perempatan Wirobrajan, "oooh..dari sini tho si kakek mulai startnya, hm..lumayan juga", batinku. Eh, eh, eh di kali ketiga, you know what?? I met him di deket pasar gamping!! kali ini komentarku "busyyeeeet..gile aje nih kakek, dari Gamping, cobaaaa..". Kali selanjutnya aku sering bertemu dengannya dari Gamping. Hmm..mungkin ini start aselinya, hehe. Cool.
Beside all of those scary things, aku jadi punya kebiasaan lain. Aku jadi lebih sering memperhatikan jalan and everything around it. Because of slow speed, semuanya jadi lebih jelas terlihat. Aku jadi tau nama-nama jalan yang sebelumnya selalu kucuekin :p, bahkan aku jadi senang memperhatikan kegiatan pasar-pasar di pinggir jalan. Tapi, dari semua hal-hal sepele yang kuperhatikan itu, ada satu hal yang menurutku paling menarik.Seorang kakek-kakek yang berjalan-jalan dengan sepatu roda setiap pagi.
It’s sounds weird, isn’t it? tapi beneran lho..memang ada seorang kakek-kakek yang sudah tua (ya iyalah!!onyoi!) yang selalu terlihat bersemangat ber-roller blade setiap pagi di jalan raya sepanjang ruteku ngojek. Pertama kali aku melihatnya di daerah Jl.K.H Ahmad Dahlan, persis di tanjakan lampu merah setelah jembatan Serangan, fikirku saat itu "ckckck, rajin banget nih kakek, diantara kepulan asap, masih semangat bersepatu roda". Kali kedua aku bertemu dengannya di perempatan Wirobrajan, "oooh..dari sini tho si kakek mulai startnya, hm..lumayan juga", batinku. Eh, eh, eh di kali ketiga, you know what?? I met him di deket pasar gamping!! kali ini komentarku "busyyeeeet..gile aje nih kakek, dari Gamping, cobaaaa..". Kali selanjutnya aku sering bertemu dengannya dari Gamping. Hmm..mungkin ini start aselinya, hehe. Cool.
Begitulah, hampir setiap hari aku melihatnya bersepatu roda di jalan raya. Jangan salah, kadang kala si kakek ngebut sampai kecepatannya bisa menyaingi kecepatan motor yang berjalan sedang. Sampai suatu hari si kakek tidak pernah terlihat lagi. Waktu itu memang waktu lagi heboh-hebohnya Merapi meletus. Mungkin karena keadaan jalan yang tidak memungkinkan, akhirnya si kakek tidak melakukan rutinitasnya itu. Sampai dua bulan kedepan dia tidak pernah muncul lagi. Bahkan sampai ketika Merapi tidak lagi muncul di koran-koran dan berita-berita televisi.
Sempat berfikir bahwa si kakek itu akhirnya dipanggil Yang Maha Kuasa, hehehe. Sayang sekali, padahal aku pernah punya ide konyol ingin mewawancarainya. Banyak hal yang ingin kutanyakan. Dari asal dan tujuan akhirnya ia bersepatu roda setiap pagi, apa alasannya, dan masih banyak lagi. Sampai hari terakhir aku di Jogja sebelum liburan pendek kemarin aku belum juga melihatnya lagi di jalanan.
Guess what?? hari pertama aku kembali ngojek aku melihatnya lagi di perempatan Gamping. Wow..ternyata He's still alive! (hush! *noyor kepala sendiri*), hehehe. Ya..aku turut senang melihat kakek itu kembali ke jalan. Ber-roller blade ria lagi.
Hmm..jadi wawancarain beliau nggak ya, mumpung masih hidup..Lol..
*noyor kepala lagi* :'D
Wah, jadi bisa nge-wawancarai si kakek dunk sekarang?
aq juga waktu baru bljr sepeda sering jatuh, pernah juga jatuh waktu nggonceng adekku.
hahahah, ngakak baca postingan ini. Bahasanya jadi kaya Cinta Laura gitu yak??
btw, emangnya aman apa celingak-celinguk di jalan?? apa saking seringnya berpapasan kali ya, jadinya ter-recognize automatically... (*halah, jadiikutanbahasacampuraduk)
kacho : gak ah, kurang kerjaan aja aku ini..heheh lagian kalo pagi2 kan buru2 say, jadi mending cepet2 menerobos rimba raya, hahaha
mz huda : appaaaaa????? chintha lhaurha???ooowwhhhh..tidhak bhishaaa... haahah
*ini gaya cinta laura ato medhok cobha????*
silakan diwawancarai ... mumpung sempat :P
hohohoho.. :P