Street Musicians
Selamat hari raya Idul Adha everybody… Telat sih ngucapinnya, gak apa-apa lah yaaa… bau-bau kambing or satenya masih ada kan??hehehe…
Well, libur Idul adha kemarin saya memutuskan untuk pulang. Agak nekat memang. Hari selasanya ujian tengah semester baru mulai, tapi tiga hari sebelumnya saya malah bepergian jauh.
Pulkam kemarin sebenernya bukan hanya karena ingin shalat Ied bersama keluarga, tapi lebih karena kewajiban bayar pajak motor yang udah mau habis masa berlakunya. Daripada besok-besok nggak ada kesempatan, jadi yaaa….kemarin itu disempet-sempetin sekalian ada moment lebaran-haji, jadi bisa kumpul sama seluruh anggota keluarga. Alhamdulillah yah… :D
As usual, saya pulkam naik kereta api. Dari dulu saya selalu menikmati perjalanan dengan si ular besi dan punya semacam sugesti tentangnya ; “there always a story in train…” :)
Yup, saya memang lebih sering naik kereta ekonomi dibanding yang lainnya. It’s ok and I enjoyed it. Ada beberapa hal yang khas tentang kereta rakyat ini, dua yang paling umum adalah tukang asongan, dan para pengamennya. Eh, tambah satu lagi ding, para bencongnya. *eaaaa….
Saya punya pengalaman tidak enak tersendiri dengan para bencong, khusunya yang ada di atas kereta. Kalo pengamennya, ada beberapa diantara mereka yang cukup menarik perhatian, ada yang dari suaranya, penampilannya, ataupun “alat” yang digunakan mereka untuk menghasilkan bunyi-bunyian.
Pengamen yang saya jumpai di kereta kemarin misalnya. Dia seorang perempuan, masih sangat muda dan penampilannya sangat rapi, tidak seperti kebanyakan pengamen. Saya menduga, motifnya mengamen bukan hanya mengais rezeki. Terbukti dari gitarnya yang sangat bagus, mulus, tidak lusuh seperti biasanya. Masih dengan sampul yang sangat bersih. Dia juga “nye-tem” gitarnya sendiri, dengan gaya seperti musisi professional, mencoba apakah bunyi yang dihasilkan gitarnya enak ditangkap telinga. Dan ketika dia mulai bernyanyi, she prooved it. Suaranya lumayan bagus, dan terihat sepenuh hati waktu menyanyi. Sayang, lagu-lagu yang dibawakannya banyak diambil dari band-band baru di Indonesia yang jarang saya tau. Jadi kesannya berkurang deh.
Well, libur Idul adha kemarin saya memutuskan untuk pulang. Agak nekat memang. Hari selasanya ujian tengah semester baru mulai, tapi tiga hari sebelumnya saya malah bepergian jauh.
Pulkam kemarin sebenernya bukan hanya karena ingin shalat Ied bersama keluarga, tapi lebih karena kewajiban bayar pajak motor yang udah mau habis masa berlakunya. Daripada besok-besok nggak ada kesempatan, jadi yaaa….kemarin itu disempet-sempetin sekalian ada moment lebaran-haji, jadi bisa kumpul sama seluruh anggota keluarga. Alhamdulillah yah… :D
As usual, saya pulkam naik kereta api. Dari dulu saya selalu menikmati perjalanan dengan si ular besi dan punya semacam sugesti tentangnya ; “there always a story in train…” :)
Yup, saya memang lebih sering naik kereta ekonomi dibanding yang lainnya. It’s ok and I enjoyed it. Ada beberapa hal yang khas tentang kereta rakyat ini, dua yang paling umum adalah tukang asongan, dan para pengamennya. Eh, tambah satu lagi ding, para bencongnya. *eaaaa….
Saya punya pengalaman tidak enak tersendiri dengan para bencong, khusunya yang ada di atas kereta. Kalo pengamennya, ada beberapa diantara mereka yang cukup menarik perhatian, ada yang dari suaranya, penampilannya, ataupun “alat” yang digunakan mereka untuk menghasilkan bunyi-bunyian.
Pengamen yang saya jumpai di kereta kemarin misalnya. Dia seorang perempuan, masih sangat muda dan penampilannya sangat rapi, tidak seperti kebanyakan pengamen. Saya menduga, motifnya mengamen bukan hanya mengais rezeki. Terbukti dari gitarnya yang sangat bagus, mulus, tidak lusuh seperti biasanya. Masih dengan sampul yang sangat bersih. Dia juga “nye-tem” gitarnya sendiri, dengan gaya seperti musisi professional, mencoba apakah bunyi yang dihasilkan gitarnya enak ditangkap telinga. Dan ketika dia mulai bernyanyi, she prooved it. Suaranya lumayan bagus, dan terihat sepenuh hati waktu menyanyi. Sayang, lagu-lagu yang dibawakannya banyak diambil dari band-band baru di Indonesia yang jarang saya tau. Jadi kesannya berkurang deh.