Pages


Fate?

When I asked someone about why do some people think that fate was so cruel sometime, here is the answer...

 "Because we are so much preoccupied with prejudices in regards to God, the creator of our fate. We don't know and will never know, in this world, the idea behind this particular fate. We are just required to strive and go on, it entails a "good" perception, not a prejudice, on our part, regarding God's decision in "endowing" us with this fate. But I must tell you this sincerely Rapi ; it's actually easier said than done.."

So what do you think, guys? (about the question or response the answer, or both of them) let's share here... :)
14 Responses
  1. kacho Says:

    Entahlah. Tapi, aku pikir penilaian "kejam" itu ada kalanya dikarenakan pemahaman mengenai "takdir" itulah yang membuat kita berpikir seperti itu. Bagi mereka, takdir itu adalah apa yang terjadi. Karena itulah, mereka menyalahkan takdir, yang berarti juga menyalahkan Tuhan. Pun, sebenarnya mungkin saja kita sudah kehabisan akal untuk melimpahkan kesalahan kepada siapa.

    Menurutku, takdir itu bukanlah soal apa yang terjadi. Takdir itu adalah "mekanisme" di balik apa yang terjadi. Mekanisme disini aq artikan sebagai "Sunnatullah", hukum2 alam yang mengatur.
    Apa yang terjadi, pada dasarnya itu tetap saja tergantung pada yang diserahi mandat untuk menjaga alam ini, dengan menggunakan mekanisme yang telah ditentukan itu. Entah, jadinya akan kejam atau bagaimana. Itu semua tergantung manusianya, sbg pihak yang diserahi untuk itu. Sebenarnya, kalau diperhatikan lagi, lihat saja, yang membuat kondisi dan lain sebagainya terlihat kejam, itu adalah manusia. Yang memberi penilaian dan sudut pandang "kejam", "sengsara", "kasihan" de el el itu juga adalah manusia. Sebenarnya, yang lbh banyak itu adalah manusia yang "meng-kejam-kan" segala sesuatu. Bukan menilai sesuatu itu kejam, tetapi lebih pada membuat segala sesuatunya menjadi kejam. Padahal, sebenarnya ada mekanisme solusi permasalahan yang telah disediakan Tuhan untuk itu, tetapi kita cenderung lebih suka berhenti di tengah jalan.

    Soal salah menyalahkan, mungkin itu adalah kebiasaan jelek kita, masyarakat manusia, yang seharusnya diubah. Entah kenapa, tapi bagi kebanyakan orang, butuh sesuatu untuk disalahkan dulu baru bisa melanjutkan hidup. Kadang, kayaknya gak puas gitu kalo gak ada yang disalahin.

    Padahal ada kalanya memang tidak ada yang perlu disalahkan, tetapi butuh solusi pemecahan masalah. Justru, saat kita menyalahkan, itulah yang akan mengaburkan duduk permasalahan yang sebenarnya.


    wew....komenku panjang banget, ngelebihin postingnya. Sori, Rapi.....


  2. kacho Says:

    O iya, tambahan dikit.

    Mekanisme itu cuma alat, yang membuat alat itu akan berhasil baik atau nggak itu ya tergantung yang menggunakan ^^

    Karena mekanisme buatan Tuhan itu sudah sempurna ^^


  3. niku Says:

    ada yang bilang "manusia cenderung takut pada hal-hal yang tidak diketahuinya"

    menurutku sama halnya dengan takdir "manusia cenderung menganggapnya kejam/buruk karena tidak paham akan takdir itu sendiri"

    kau tahu? manusia cenderung tidak menyukai makanan yang belum pernah dia makan. pernah dengar kan, ada orang yang mengatakan tidak suka buah manggis misalnya, saat ditanya apa karena rasanya tidak enak? dia menjawab 'engga tau jg sih, aku belum pernah makan'.

    inilah anehnya manusia
    *eh jadi panjang :P


  4. well... it's actually easier said than done @@
    mungkin dia bilang cruel karena tidak sesuai dengan yang dia harapkan, aku sih setuju aja, namun tak boleh berlama-lama larut dalam menjudge cruel itu. Toh pasti ada hikmah dibalik semua itu, sukses adalah kegagalan yang tertunda, Allah menyiapkan skenario yang lebih layak, dan bagus untuk kita. meski sesekali kadang tidak sesuai yang kita harapkan saat ini, tapi kita akan menyadarinya lambat laun.


  5. NURA Says:

    asalamualaikum
    kita jangan takut takdir yg telah diberikan Allah swt.
    semua takdir baik buruk ada hikmah dan keberkahan.


  6. Anonim Says:

    Apakah kamu termasuk "pemuda/i"? Dalam sesi diskusi, dikatakan bahwa pemuda/i merupakan sosok enerjik, idealis, dan berjiwa revolusioner. Sori kalo mungkin agak berat bahasanya. Apa hubungannya dgn "fate"? Idealis, itu kuncinya. Pemaknaan takdir secara individual tergantung seidealis apa seseorang memaknai keberadaan Tuhan jika ia beranggapan Tuhan-lah sang penentu takdir. :)


  7. Iska Says:

    aku tidak tahu apakah ini berkah atau musibah
    yang penting aku berprasangka baik pada Alloh
    Alloh itu seperti prasangka hamba-Nya :D
    jadi berprasangka baik aja
    kan lebih enak berprasangka baik daripada berprasangka buruk
    karena berprasangka buruk hanya akan menyesakkan dada


  8. jurusnya cuma 1 Pi, jgn mudah putus asa. takdir itu kan bisa diubah tho oleh manusia kalau mau usaha. seseorang bilang takdir itu kejam, karena liatnya dari satu aspek aja---yakni ketidakmujuran. Padahal banyak aspek yang bisa dilihat kan,


  9. salam gan ...
    menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
    di tunggu kunjungan balik.nya gan !


  10. rabest Says:

    wah.... komennya banyak yang malah lebih panjang dari postingannya, heheheh

    saya senang sekali... ^^

    terima kasih semuanya, semua pendapatnya perlu perenungan tersendiri oleh saya sepertinya., :)


  11. saya pikir ini menjelaskan tentang betapa pentingnya membaca. membaca itu wajibnya wajib, sebelum bersahadat, sholat dan seterusnya.


  12. nuel Says:

    Jawabanku simpel aja:

    pemikiran negatif menghasilkan produk yang negatif pula...

    ^^


  13. Kim Says:

    sometimes, fate is just a shadow. at least it is IMHO.


  14. Nashrullah Says:

    takdir???
    sudah ditulis sebelum kita lahir.
    tp setahu ane bisa dirubah kok.

    ehmm... bener ndak ya???
    salam kenal aja dech ya....